Nyatanya Lidah Tak Mau Di Bohongi : Spesial Ayam Kampung Bagi kawan Yang Cari Mie Ayam

Nyatanya Lidah Tak Mau Di Bohongi : Spesial Ayam Kampung Bagi kawan Yang Cari  Mie Ayam

Okae kawan - Semenjak banyak beredarnya kabar makanan dan minuman yang mengandung berbagai bahan yang tak semestinya di gunakan. Saya pun enggan untuk menikmati makanan di pinggir jalan. Misalnya di sekitaran daerah saya sempat di kabarkan ada bakso yang bercampur tikus, Ada juga makanan di campur borak dan sebagainya. Entah itu kabar fakta atau hanya hoak yang jelas nafsu makan saya hilang ketika mendengar itu.

Doeloe tiap saya pulang dari paciran - Lamongan menuju tempat tinggal saya di desa Tlogowaru saya sering mampir mampir di pinggiran jalan mencari makan yang mantap dan yang pas di kantong seorang pembajak (istilah pulang pergi yang jauh dari tempat kerja).. Seperti kata orang jawa bilang " golek murah tur enak". (translite google aja kawan)

Bahkan hampir di masa masa umur belasan tahun saya ini jarang makan di rumah lebih sering makan di luar atau di warung warung.  Akan tetapi kalau sudah ada berita entah itu benar atau tidak perut saya tidak mau menerima di tempat yang dikabarkan itu. ehhg,, saya ulang lagi. Kalau kesukaan pada makanan sih saya tidak memilih milih sebenarnya semua saya suka yang penting cocok di lidah.

Dengan mempunyai masa doeloe yang jarang makan di rumah. Paling tidak ketika ada orang membicarakan soal makanan dari yang sederhana hingga yang luar biasa atau membicarakan urusan harga, Hingga soal rasa di beberapa kota yang ada di nusantara ini. Saya sudah tidak heran bisa mengimbangi dan sedikit memberikan komentarlah. Hehhe

Pada suatu cerita saya pun pernah membeli kepala ikan manyung di dekat wisata bahari lamongan seharga dua puluh ribu, Waktu itu saya menjadi pengirim barang atau ikut distibutor di salah satu perusahaan yang ada di Tuban. Sekitar delapan tahun yang lalu dari sekarang.

Saya mengira di waktu itu ya lumayan mahallah, Hawong cumak kepala saja, Kok segitu. Tidak ada nasi, atau pun temennya nasi. Cumak kepala ikan manyung saja karena nasi dan temannya sudah ada, tinggal beli kuah sama si kepala ikan tadi.

Pernah juga makan di warung yang bukan standard saya bersama si bos yang punya distibutor itu ketika itu berada di kota gresik. Disana harganya mahal banget setara dengan tempat dan bangunannya yang mewah bin genah tetapi tak sebanding juga dengan rasa dan masakannya yang campur adul, Ngak ngalor ngak ngidul .

Dan pada suatu ketika itu saya makan di surakarta jawa tengah pada saat mau mengambil barang di sana, Menurut lidah saya masakan orang sana itu lebih ke manis atau gurih, "Ngeleyem".  Tidak seperti kebanyakan yang ada di kota saya yang lebih berani pedas dan asin.

Kini saya pun sudah tidak bekerja yang jauh dengan rumah atau bekerja ngantar barang yang tiap hari keluyuran, (Enaknya tuh di sini bisa tahu daerah mana mana). hehehe. Sejak tahun dua ribu lima belas yang lalu saya alhamdulilah mendapatkan pekerjaan yang tak pernah saya duga dan saya pinta. Adalah bekerja dekat dengan rumah bahkan sangat dekat sekali.

Namanya sudah jarang keluyuran seperti yang dulu dulu hampir tiap hari dan malam. Sekarang paling paling keluyuran ya ketika ada kepentingan dan kalau ada keperluan atau skedar meng freshkan fikiran saja biar tak kaku terbawa suasana. Biar di kata anak rumahan ndak papa, Hawong saya udah katam je. wkwkwk

Namun yang latar belakang saya doeloe orang yang suka makan di warung warung walaupun saya tinggal di rumah sendiri bersama keluarga, Saya terkadang masih suka keluyuran cari makan di warung untuk  memanjakan mulut saya yang ndeso dan flasback mengenang masa doeloe. hehehe

Salah satu warung makan yang menjadi pelampiasan saya saat ini adalah warung Mie Ayam Mbak sar yang ada di desa Tlogowaru. Di samping dekat dengan rumah saya yang hanya berjarak dua ratusan meter. Citra rasa masakannya dan racikan bumbu yang pas serta kuahnya yang kental cocok banget di lidah saya yang ndeso ini selalu ingin menikmatinya. Pokoknya saya ndak bisa bercerita atau menulis soal ini.

Belum saya kasih kecap dan saus masih apa adanya, Bukan ada apanya :)


Biarlah lidah dan mulut  saja yang menjawab sendiri. karena nyatanya lidah memang tak mau di bohongi, Seperti ketika saya masih menjabat sebagai seorang sekuriti dari lamongan hingga pulang ke desa saya itu pun saya lebih memilih makan di warung ini karena bagi saya sepanjang rute perjalanan pulang saya tidak ada yang cocok. Lebih lebih beberapa langganan saya terkena kabar tersebut. Bukanya saya menghindar dari yang mahal atau sebuah kabar, Ya seperti tadi lidah tak mau di bohongi, kalau ndak selera ya tidak nafsu untuk menyantapnya.

Terlepas dari soal rasa yang bikin lidah ngiler. seperti gambar di atas.  Harga pun lumayan murah hanya enam ribu perkursi. Di warung mbak sar ini. Jika saya harus jujur,  Warung yang terletak di sebelah timur masjid jalan desa Tlogowaru arah dusun mbogor ini. Paling mantap di lidah saya (cocok). Mungkin kalau ada lomba soal kuliner mie ayam di wilayah Tuban ini saya berani mengikut sertakan.

kebetulan malam ini saya juga kembali lagi di warung ini, Harga pun masih bersahabat dan soal rasa pun masih sama seperti yang doeloe masih terjaga kredibilitasnya  walaupun bahan bahanya yang melambung tinggi, Saya di warung mbak sar ini, Pesan mie ayam satu mangkok di tambah kerupuk satu bungkus dan minumnya air aqua saja, hahaha plus meminta dua cakar ayam kampung di waktu membayar hanya sepuluh ribu saja. ya udah selamat ngiler aja.


Kuliner

9 Komentar untuk "Nyatanya Lidah Tak Mau Di Bohongi : Spesial Ayam Kampung Bagi kawan Yang Cari Mie Ayam "

  1. Astaga, jam segini lihat gambar makan.. Hahaha..
    Saya sukses ngiler, apalagi harganya murah gitu ya..

    BalasHapus
  2. Mie Ayam itu gak ada duanya mas..
    klo lagi laper, mie ayam didepan mata lgsg dilahap sama mangkoknya :D haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. waduhh,, hehehe. kalah dong pemain kuda lumping yang sering ngabisin piring itu mbak.

      Hapus
  3. Wah, kalau ayamnya ayam kampung pasti sedaapp sekali, btw memang benar, di Solo masakannya cenderung manis dan nggak pedas, bahkan untuk yg namanya sambal kelapa. Kalau sekarang saya sudah terbiasa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ternyata lidah kita sama ya buratna di solo rasanya cenderung manis. Kirain lidah saya sendiri yang manis hehhehe. yapp bu kalau sudah terbiasa itu enak.

      Hapus
  4. Aku sendiri blum pernah nyoba ikan mayung mas
    Sama aku juga ni akhir2 ini jarang masak
    Karena kadang ga kemakan klo masak kebanyakan, akhirnya lebih praktis beli,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba aja sekali kali nyoba ikan manyung,, ya,, kalau masak jangan banyak banyak dong biar ngak ke banyakan hehehehe

      Hapus
  5. Wih mantep... Murah meriah, pakai ceker pula

    BalasHapus
Kebijakan Berkomentar di Blog CakJun
  • Komentar harus sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel