Cungkup, Syekh Sayyid Abdullah (Mbah Mbuyut Sumber Banyu) |
konon makam yang ada di bukit desa Mliwang ini diyakini adalah makam Syekh Sayyid Abdullah atau dikenal masyarakat setempat dengan sebutan Mbah Mbuyut Sumber Banyu.
Di jelaskan berbagai sumber di media. Ia merupakan pendatang dari Hadratulmaut- Yaman-Arab yang mengemban misi mengislamkan nusantara pada masa Hindu Budha sebelum era Wali songo ( Sembilan Wali).
![]() |
Cungkup, Abdullah, Sahabat/Abdi Sekh Abdulah (Mbah Mbuyut Sumber Banyu) |
Yang terletak di sisi barat tak jauh dari makam Sekh Sayyid Abdullah. Dengan cungkup yang lebih kecil.
Makam Sekh Sayyid Abdullah sendiri makamnya di kelilingi pohon besar. Pohon tersebut mungkin sudah berdiri ratusan tahun yang lalu dan salah satu pohon tersebut berdiri percis di dalam cungkup yang dibiarkan tumbuh hingga sekarang.
Ketika blog'e CakJun datang kesini pada waktu siang kurang lebih waktu ndhuhur, Makam ini nampak sepi peziarah.
Dan seperti pada umumnya sebuah makam yang di yakini tokoh penting biasanya ada seorang juru kunci atau penjaga. Namun di makam ini tak ada satu pun yang kita temui selain warga yang akan melakukan aktifitas (pertanian).
kami melihat salah satu bangunan yang ada di sini nampak baru dibenahi, Selain cungkup (Bangunan peneduh Makam) Syekh Sayyid Abdullah dan Abdullah (Abi/sahabat Syekh Sayyid Abdullah).
Di bukit ini terdapat Mushola berada di utara makam Syekh Sayyid Abdullah, Yang terlihat belum sempurna dari dinding mushola dan juga di belakang mushola ada kamar mandi sangat kotor sekali.
![]() |
Mushola |
Sebelum naik kemakam di beberapa tempat yang berbeda di Bukit Gunung Mliwang ini memang ada banyak sumur yang hingga kini masih ada. Mungkin dari sumur sumur itulah masyarakat memanggil Sekh Sayyid Abdullah dengan sebutan Mbah Mbuyut Sumber Banyu. Atau bisa juga Sekh Sayyid Abdullah ini adalah seorang yang pertama kali membuat sumur di desa Mliwang ini.
Melalui obrolan bersama salah seorang warga desa mliwang. Dibenarkan makam Syekh Sayyid Abdullah ada seorang juru kunci atau penjaga tempat ini. Namun tak selalu ada ditempat makam.
Ia juga menuturkan setiap hari rabu malam kamis di Makam Syekh Sayyid Abdullah. Biasanya warga yang mempunyai hajat melakukan slametan dengan membawa nasi. Ungkapnya.
Lalu kami menanyakan. Apakah semua warga melakukan tradisi itu pak ? Tidak hanya yang memiliki hajat, jawabnya.
![]() |
Bisa dilihat atap rumah yang menghadap barat timur yang sejajar |
- Sisi lain desa Mliwang
Selain itu di desa Mliwang sendiri ada mitos yang berkembang hingga saat ini yang masih di yakini warga setempat. Mereka tak di perbolehkan membuat rumah menghadap ke utara.
Hingga kini kepercayaan tersebut masih adanya. Tak satu pun ada rumah yang menghadap ke utara. Sebab jika mereka membuat rumah menghadap keutara akan mengarah pada makam Syekh Sayyid Abdullah.
Di singgung soal kepercayaan dan keyakinan ini, Ia (warga Mliwang ) yang menuturkan kepada kami yang asli lahir di desa Mliwang sekitar umur 45 tahunan kurang lebihnya tak bisa menjawab dengan pasti.
"udah dari mbah buyut buyut dulu mas seperti itu" tegasnya. Tersenyum sambil mengaduk secangkir kopi.
![]() |
Ini bukan tak akur sama tetangga, Namun begitulah desa mliwang :) |
Mungkin sebuah rumah yang ada di desa desa pada umumnya, Mereka lebih memilih menghadap kejalan raya. Namun tidak dengan kebanyakan rumah yang ada di desa Mliwang ini walaupun sebenarnya lebih enak kalau menghadap jalan raya.
Mereka tak akan berani mengarah ke makam Sayed Abdullah. Seperti yang terpotret di foto Blog'e CakJun di atas salah satunya. Yang sebenarnya lebih baik kalau berhadap hadapan ke tetangga atau tidak menyingkur seperti kebanyakan sebuah rumah rumah yang ada di desa pada umumnya, Namun mereka (Desa Mliwang) lebih memilih menghadap ke timur ketimbang ke jalan raya yang menghadap keutara.
Mereka tak akan berani mengarah ke makam Sayed Abdullah. Seperti yang terpotret di foto Blog'e CakJun di atas salah satunya. Yang sebenarnya lebih baik kalau berhadap hadapan ke tetangga atau tidak menyingkur seperti kebanyakan sebuah rumah rumah yang ada di desa pada umumnya, Namun mereka (Desa Mliwang) lebih memilih menghadap ke timur ketimbang ke jalan raya yang menghadap keutara.
Begitulah Tubanku, Nusantaraku, Yang kaya akan keanekaragaman budaya. Sejarah dan keeksotisan panaroma alamnya yang meski kita rawat dan jaga. Mungkin tidak berlebihan rasanya Kota Tuban memiliki sebutan Kota "Bumi Wali". karena banyak peninggalan makam makam tokoh tokoh penyebar agama Islam masa silam.
Selain yang kita kenal Sunan Bonang, Sekh Ibrohim Asmaraqandi dan sunan kali Jaga yang asli orang Tuban, Yang kini di makamkan di daerah kadilangu Demak, Dan para tokoh penyiar Islam lainnya. Masih banyak peninggalan jejak masa lampau di kota Tuban, salah satunya seperti Sekh Sayyid Abbdullah (Mbah Buyut Sumber Banyu ini.
Seharusnya tempat seperti itu/tempat bersejarah dirawat. agar mendatangkan pariwisata, sehingga akan mampu mendongkrak perekonomian. Mitos yang unik, ya itulah setiap tempat mempunyai budaya masing-masing.
BalasHapusBetul gan, terutama mendongkrak perekonomian masyarakat setempat. di samping itu tempatnya juga keren. hehehe
HapusSayangnya tempat bersejarah tak ada yang merawatnya, coba klau dirawat dengan baik pasti akan terasa nyaman.Selain itu pendatang akan semakin banyak.
BalasHapuskemungkinan besar ada kok mbak Nel yang merawat hanya saja kurang ada perhatian khusus. Pastinya mbak kalau tempat nyawan pengunjung akan betah, kemarin saja kami betah apalagi tempatnya nyawan dan terawat. Mungkin seharian kerasan hehehe
HapusWah, jadi sangat ingin ke sana saya, bagaimana kalau tempat itu dijadikan kopdar kira-kira diperbolehkan nggak ya?
HapusYa kita tanya dulu sama pihak terkait. Namun pada umumnya, pasti diperbolehkan mbakk. Ayoo kopdar mbak Nelisa, Pengen deh ketemu para (penulis/blogger) hebat. :)
HapusTuban terkenal dengan budaya yang sangat religi ya, ya tugas kita semua memelihara peninggalan bersejarah agar tetap terjaga dan generasi yang akan datang bisa tetap membanggakan tanah tercinta ini lewat kebudayaan yg pernah ada sejak lama
BalasHapusYapp bunn,, Seharusnya memang harus begitu,
HapusWah.. jadi gak ada sama sekali rumah yg menghadap ke utara ya? Turun temurun dilaksanakan ya..
BalasHapuskira kira begitulah buu, kebanyakan rumah disana.
HapusTuban tuh jauh dari tempatku. Tapi baca postingan ini jadi pingin ke sana nih. Walau masih banyak kekurangannya, mungkin dg postingan ini makin banyak yg peduli. Bisa jadi ke depan jadi pariwisata keren lho makan dan pernik lingkungannya
BalasHapusya gan semoga begitu banyak yang peduli. oiya Monggo silahkan ke Tuban, Kalau bingung, kami ingsya allah siap bantu. Asal nganggur dan direncanakan, hehehe
Hapuswah sayang yah, kelihatan kurang terawat
BalasHapuskira kira begitulah gan, Tempat ini,
HapusBaca Cungkup saya malah inget temen saya mas Yanto Cungkup, seorang blogger yang cukup terkenal.. hehe..
BalasHapusInformasinya cukup lengkap, hanya saja sekedar saran untuk gambar pendukung resolusinya kalau bisa agak di kecilkan, soalnya di kompi saya tidak bisa kebuka mungkin terlalu besar...
cungkup ? hehehe. Terimakasih banyak kang sudah memberitahu terkait dengan gambar pendukung. Iya nanti saya tak berusaha memperbaiki. sekali lagi makasih sudah mau memberikan saran.
HapusSekarang loadingnya cukup lancar mas, sukses selalu yah... tingkatkan terus semangat ngeblognya, jangan seperti saya yang suka angin-anginan, hehehe...
Hapussaya juga masih angin anginan kang. ya semoga kang maman juga selalu sukses. semangat terus kang hehehee
HapusCape ga naek tangganya?
BalasHapusenggak capek maya, Naik tangganya mungkin sekitar 20 an meter. dekat kok.
HapusMusholanya kayanya kurang terawat tuh!
BalasHapusiya gan, namun untuk dipakai sholat masih bisa.
HapusAndai ada yang suka merawat
BalasHapusPasti banyak yang hadir melawat
Karena keunikan penduduk setempat
Dengan rumah sangat padat...
kita sendirilah yang harus merumat
HapusAgar tempat yang unik bisa bermanfaat
Bagi pengunjung yang lewat
Segeralah mampir dulu sebelum berangkat,,,,,
Hahahahaha
Biasanya tempat kayak gini diburu orang yang ngalap berkah mungkin belum tenar kali mas
BalasHapusBetul kang, belum begitu tenar.
Hapus