Menunggu beduk tiba. Parmen dan Subejo Ngabuburit di sebuah pohon bambu dekat dengan persawaan. Tempat yang adem dan santai, memang cocok dijadikan sejenak menunggu buka puasa. Disini pun banyak sekali anak anak muda yang Ngabuburit. Tak terkecuali Parmen dan Subejo ini.
Karenanya puasa baru berjalan beberapa hari. Tentu obrolan mereka pun masih seputar pernak pernik bulan ramadhan. Membahas, dimulai dari menu buka puasa, bagaimana puasa lancar tidak. Sampai seputar sholat tarawih mereka obrolkan kembali.
"Gimana tadi malam sholat tarawihkan Joo ? Ngak pulang lagi seperti malam pertama itu. Orang kok kayak kamu jo Subejo".
" Seng gowo Hape di pateni"
"Itu artinya yang membawa hape di minta untuk mematikan. Bukan orangnya yang dibunuh Joo". Parmen mencoba menjelaskan makna sesungguhnya.
Oiya Joo. Nanti malam kan. Malam minggu. Gimana kalau nanti malam sesekali kita keluar cari angin bersama creww Tongklek. Sambil menikmati secangkir kopi malam dikota bumi wali.
"Sekalian kita mencari pakaian atau makanan untuk persiappan idul fitri". Ujar Parmen mencoba mengajak subejo untuk pergi keluar. Kemudian subejo hanya tersenyum sinis dan mulai berkata.
Alhamdulillah kang Parmen lebaran tahun ini. Kue lebaran sudah ada. Baju ibuk bapak sama adik juga sudah ada. Sirup juga sudah ada. Lele, Belut, daging ayam, daging sapi sama Lombok, brambang, bawang juga sudah ada. Amplop lebaran juga sudah ada pokoknya lengkap semua.
"Sekarang tinggal mikir gimana cari uang untuk membelinya ?".
"Dasar gendeng poso jek awalan wes mikir riyayan". Sahut Supardi yang baru gabung bersama Parmen dan Subejo.
Belum ada Komentar untuk "Goro Goro Poso : Mikir Riyayan "
Posting Komentar
Kebijakan Komentar di Blog CakJun