Masjid didesanya ini tidak begitu besar dan tidak begitu kecil. Sehingga bisa lebih leluasa perihal Wang sinawang melihat orang orang yang berada didalam maupun diluar Masjid.
Dianggap Bejo tidak ada dimasjid oleh Parmen. Padahal berangkat dari rumah Bejo terlihat oleh Parmen berangkat duluan. Ya setidaknya agar pulang mereka bisa bersamaan. Dan kemudian seperti hari hari biasanya secangkir kopi malam.
Mereka berdua ini kalau sudah bersama seringkali saling meledek dan gegojekkan, gegondelan. Tak berselang lama Parmen mencoba bertanya ke Bejo mengenai tidak terlihatnya dimasjid tadi.
"Kopi yuuu, seperti biasa pahit. Gulanya sedikit. Biar tidak diabetes. Seperti kebanyakan memandang wajahmu".
"Tadi kamu berangkat duluan Joo. Sampean berada disebelah mana saya kok tidak melihat ? Ohh.. Ternyata sampean Tarawih disini rupanya. Sambil cengesan Parmen meledek Subejo".
"Jangan patonah dulu Men. Saya tadi juga sudah sampai dimasjid. Tapi... Anuuu" .
"Anuuu.. Apa ? halah. Ngeles saja sampean Men".
"Ketika sudah berada dimasjid saya sangat takut sekali. Akhirnya tidak berpikir panjang saya langsung memutuskan untuk kembali lagi kerumah kang Men". Balas Subejo menerangkan kronologis kejadian perkara.
"Loo.. Kok bisa. Takut bagaimana, maksudmu?"
"Apa sampean sudah jarang menginjak Masjid kemudian sampean takut, dibully dirasani. Seharusnya jika itu alasannya. Sampean harusnya bersyukur. Sampean memiliki tantangan dari gusti sebagai tanda kesungguhanmu yang harus sampean hadapi dengan keberanian dan kesabaran jooo. Jangan biarkan cocotnya tonggo mengalahkan semangatmu". Kata parmen yang kali ini sangat
"Kalau soal itu mah saya sudah kebal kang Men. Balas subejo". Iya men mukamu kayak tembok. Sahut Parmen meledek.
"Begini kang Men Ketika saya hendak menuju kedalam masjid. Mata saya tertuju pada sebuah papan informasi". Dengan nada serius Subejo mengulang perkataan yang diucapkan tadi.
Namanya sebuah papan informasi tentu banyak sekali info info yang terpapang di papan tersebut. Ada jadwal sholat, ada sebuah jadwal acara dan sebagainya. Subejo melanjutkan ceritanya.
Namun saat disini mata saya tertuju pada Salah satu tulisan. Tulisan tersebut berisi "Barang siapa yang membawa hp akan dibunuh".
" Tadi saya salah satu orang yang membawa Handphone. Jadi sebelum saya dibunuh oleh pengurus Takmir Masjid. Saya langsung putar haluan balik badan langkah seribu kang men sebelum nyawa saya melayang ditangan para pengurus Takmir masjid dkk". Ini kalau tidak percaya tadi sempat saya foto.
Hahaha, tertawa terpingkal pingkal jika membaca cerita humornya cak jun, lanjutkan karyanya...
BalasHapusAaaaasiiiiyaaapp.. Semoga terhibur kang hekhekhek
HapusKalau saya jadi Bejo, mungkin saya juga akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Bejo. Wkwkwkwkwk
BalasHapusWalah, untungnya sampean ngak jadi Bejo tapi jadi kang djaka hekhekhek
HapusBersambung opo tamat iki kang? Wkkk
BalasHapusSantai cak maaas Sekian dulu, besok disambung lagi.. Tunggu aja serial berikutnya hekhekhek.
Hapus